Belajar dari kehidupan bebek liar


Oleh: Muhaimin Iqbal

Geraidinar.com

Ketika saya mulai menulis tentang  Netpreneur beberapa minggu lalu, ternyata banyak response dari pembaca yang serius yang ingin melakukan hal yang sama atau mirip dengan apa yang saya lakukan.


Dari response-response tersebut, saya dapat memahami bahwa apa yang dulu saya rasakan tentang kebosanan dan kejenuhan di tempat kerja – juga dialami oleh sekian banyak orang lain. Tidak peduli dia di perusahaan besar atau kecil, perusahaan bonafid atau tidak, sebagai karyawan biasa atau eksekutif – selalu ada (dan banyak) yang mersa bosan, jenuh, stuck , merasa di dhalimi dan berbagai perasaan tidak mengenakkan lainnya.


Lantas pertanyaannya, meskipun sekian banyak orang tidak bahagia dengan pekerjaannya selama ini – mengapa sebagian besar mereka tetap bertahan sampai pensiun?. Macam-macam jawabannya, tetapi apapun jawabannya yang jelas mereka tidak (berani) memulai segera untuk berubah…

Berikut adalah 3 hal yang paling sering menjadi mental block yang mengunci kita dalam ‘penjara’ pekerjaan dan bagaimana cara melepaskan diri darinya.

1). Tidak memiliki bekal/modal untuk mulai berusaha : Tidak semua usaha memerlukan modal. Pengetahuan kita, pengalaman, jaringan pergaulan dlsb. bisa menjadi modal yang tidak kalah berdaya-nya dengan modal uang.

2) Tidak memiliki ide untuk usaha : Ide yang orisinil memang paling baik dalam usaha, tetapi kita tidak harus memulai ide tersebut dari nol. Kita dapat menerapkan teori 3 N dari khasanah kearifan jawa yaitu Namatke atau memperhatikan, Nirokkeatau menirukan , dan Nambahi . Kita dapat nyontek bisnis lain yang sudah jalan, mungkin di negeri lain, mungkin di bidang lain, mungkin dengan komiditi/barang dagangan yang lain – tetapi kalaupun harus nyontek, maka nyonteklah yang pinter. Paling tidak itu tadi, jangan nyontek mentah-mentah tetapi setidaknya bisa Nambahi. Bukankan 3 N pula yang dilakukan Jepang sampai menguasai pasar mobil dan elektronik dunia dewasa ini ?.

3) Job Security : Banyak orang yang rela bersusah-susah bekerja dengan perasaan yang tidak enak sekalipun karena berpendapat bahwa dengan bekerja (di tempat bekerjanya yang sekarang) – lah jaminan pekerjaan dan kelangsungan masa depannya terjaga, bahkan ada pensiun, biaya kesehatan dst.

Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena persentase pensiunan yang bisa mempertahankan kwalitas kehidupannya sama dengan semasa belum pensiun adalah sangat sedikit. Yang sedikit inipun karena mereka tidak mengandalkan uang pensiunannya semata.

Ilusi job security ini juga terjadi pada karyawan-karyawan di perusahaan besar. Dalam realitanya berapa banyak karyawan atau bahkan eksekutif perusahaan besar yang harus kehilangan pekerjaan dan segala fasilitasnya oleh berbagai sebab.

Dengan menjadi entrepreneur juga tidak ada akan mudah, tetapi juga tidak sesulit yang dibayangkan kebanyakan orang.

Ada pelajaran yang sangat menarik dari alam yang mendorong saya melompat menjadi entrepreneur pada usia yang sebenarnya ‘agak telat’ menurut hitungan saya sendiri. Pelajaran ini saya ambil dari salah satu episod televisi yang menyajikan kehidupan spesies bebek liar tertentu.

Induk bebek-bebek ini bersarang pada ketinggian 4 – 20 m di atas air – tempat mereka mencari makan. Bayi-bayi bebek spesies ini umumnya menetas pada malam hari dan tentu juga menetasnya pada sarang tersebut – yang sekian meter diatas air.

Pada pagi hari pertamanya melihat dunia, bebek-bebek kecil ini menyaksikan induknya melompat dari sarang terjun ke air untuk mencari makan. Tanpa berfikir panjang – bisa berenang atau tidak, beresiko atau tidak – bebek-bebek kecil tersebut langsung terjun ke air mengikuti induknya untuk mencari makan.

Bayangkan ! betapa maha kuasanya Allah dalam memberi rizky ke bebek-bebek yang baru umur sehari ini, sekaligus menyelamatkannya dalam lompatan yang menurut pikiran manusia sebenarnya sangat berbahaya.

Atas kehendak Allah, bebek-bebek kecil ini tidak dibekali otak yang canggih seperti kita manusia. Namu justru karena itu, mereka berani melompat mengikuti instingnya untuk langsung terjun, berenang dan mencari rizky.

Kita manusia, Alhamdulillah selain insting kita juga dibekali otak yang canggih. Dengan otak ini insyaallah kita akan lebih mampu untuk survive dalam ‘lompatan’ kita pada kesempatan pertama. Wallahu A’lam

0 komentar:

Posting Komentar